Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Labels

Cari Blog Ini

Sabtu, 25 Desember 2010

Akuntansi

Akuntansi Aktiva Tetap

  1. KLASIFIKASI
    Aktiva tetap merupakan aktiva tidak lancar yang diperoleh untuk digunakan dalam operasi perusahaan yang memiliki masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi serta tidak untuk diperjualbelikan dalam operasi normal perusahaan. Aktiva operasi tidak lancar dapat diklasifikasikan menjadi: (1) Aktiva Berwujud (tangible) dan (2) Aktiva Tak Berwujud (intangible).


  2. PENGELUARAN UNTUK AKTIVA TIDAK LANCAR
Pengeluaran untuk aktiva tidak lancar dapat dikelompokkan menjadi:
  1. Pengeluaran pada waktu perolehan;
  2. Pengeluaran seteleh aktiva tersebut diperoleh yang dapat dirinci menjadi:
    1. Pengeluaran pendapatan yang lazim disebut revenue expenditure;
    2. Pengeluaran modal yang lazim disebut capital expenditure.

  1. PENCATATAN PEROLEHAN AKTIVA TIDAK LANCAR
    Harta non current dapat diperoleh dengan berbagai cara, antara lain:
    1. Diperoleh dengan harga lumpsump;
    2. Diperoleh dengan pembayaran berkala;
    3. Pembelian dengan cara leasing;
    4. Perolehan dengan trade-in
    5. Perolehan dengan menerbitkan surat berharga;
    6. Perolehan dari donasi; dan
    7. Dibangun sendiri.

D. PEROLEHAN SEKELOMPOK AKTIVA DENGAN HARGA LUMPSUM
Harga lumpsump adalah suatu harga untuk beberapa aktiva. Sebagai contoh PT A membeli tanah, bangunan dan peralatan dengan harga Rp $160,000. Harga ini harus dialokasikan kepada 3 jenis harta tersebut dengan menggunakan perbandingan harga taksiran dari tanah, bangunan, dan peralatan. Misalnya harta yang dibeli tersebut memiliki harga taksiran tanah $ 28,000, bangunan $60,000, equipment $12,000, alokasi harga $160,000 tersebut adalah sebagai berikut:
Jenis harta 
Nilai Taksiran ($) 
Perhitungan Alokasi 
Jumlah Alokasi ($)
Tanah 
28,000
28/100 x 160,000
44,800
Bangunan
60,000
60/100 x 160,000
96,000
Peralatan 
12,000
12/100 x 160,000
19,200
Jumlah 
100,000

160,000

    Jurnal yang dibuat untuk mencatat transaksi tersebut adalah:
Tgl. 
Akun
Debet 
Kredit 
2006
Jan 1

Tanah
Bangunan
Peralatan
Kas

44,800
96,000
19,200




160,000




  1. PEROLEHAN AKTIVA DENGAN PEMBAYARAN BERKALA
    Jika statu harta tetap diperoleh dengan pembayaran difunda atau secara angsuran, maka aktiva tersebut dicatat sebesar harga tunai aktiva tersebut bukan jumlah dari pembayaran angsuran dan downpayment-nya. Ada beberapa variasi yang mungkin timbul, seperti:
    1. Harga tunai diketahui;
    2. Harga tunai tidak diketahui.
    Contoh: perusahaan pada tanggal 2 Januari 2006 membeli sebuah aktiva yang harga tunainya adalah $100,000. Pada waktu itu dibayar uang muka $35,000. sisanya akan dibayar dengan angsuran tengah tahunan sebesar $5,000 ditambah bunga 10% dari hutang yang belum dibayar. Jurnal yang dibuat selama tahun 2006 adalah sebagai berikut:
Tgl. 
Akun
Debet 
Kredit 
2006
Jan 2

Tanah
Kas
Hutang

100,000


35,000
65,000

Tgl. 
Akun
Debet 
Kredit 
2006
Jun 30

Hutang
Biaya Bunga
Kas

5,000
3,250



8,250

  1. PENGGUNAAN AKTIVA TETAP
    Jika suatu aktiva tetap dapat digunakan lebih dari satu tahun maka aktiva tersebut bermanfaat untuk memperolah pendapatan selama umurnya. Untuk menghubungkan cost aktiva tetap dengan revenue yang diperoleh maka cost tersebut dicatat dan dilaporkan sebagai beban pada tahun-tahun manfaatnya. Proses ini disebut depresiasi. Dengan demikian depresiasi adalah alokasi secara sistematis dan rasional atas cost dari aktiva tetap ke tahun-tahun manfaatnya.
    Jurnal yang dibuat untuk melakukan depresiasi setiap tahunnya adalah mendebet akun Beban Depresiasi dan mengkredit akun Akumulasi Penyusutan. Misalkan untuk tahun 2005, perusahaan menyusutkan mesin sebesar $ 5,000, maka jurnal yang dibuat adalah:
Tgl. 
Akun
Debet 
Kredit 
2005
Des 31

Beban Penyusutan
Akumulasi Penyusutan

5,000


5,000
    
Karena setiap akhir tahun ada penyusutan, maka perkiraan Akumulasi Penyusutan akan selalu bertambah sepanjang masa manfaat aktiva.
    Depresiasi bukanlah teknik untuk menilai aktiva tetap dan dengan melakukan depresiasi tidaklah otomatis perusahaan menyisihkan uang untuk membeli aktiva tetap.
    Faktor-faktor yang mempengaruhi depresiasi adalah:
  1. cost dari aktiva tetap,
  2. umur ekonomis aktiva tetap,
  3. nilai residu, dan
  4. pola penggunaan aktiva tetap.

  1. METODE DEPRESIASI
    Terdapat beberapa metode depresiasi, yaitu:
  • Metode Garis Lurus
  • Metode Saldo Menurun
  • Metode Jumlah Angka Tahun
  • Metode Unit Input
  • Metode Unit Output
  1. Metode Garis Lurus
    Dengan metode ini penyusutan tahunan dapat ditentukan dengan dua cara, yaitu:
    1. (cost-nilai residu) : umur
      Misalkan nilai sebuah peralatan yang diperoleh tahun 2005 senilai Rp 16.000.000,00 dan masa manfaat ditentukan 5 tahun dengan nilai sisa Rp 1.000.000,00, besarnya penyusutan tahun 2006 dapat dihitung sebagai berikut: (16.000.000-1.000.000)/5 = Rp 3.000.000,00.
    2. Ditentukan % penyusutan, kemudian penyusutan tahunan diperoleh dengan cara mengalikan % tersebut dengan cost yang disusutkan sebagai berikut:
      1. Prosentase penyusutan tahunan = 100% : umur, jadi = 100% : 5 = 20%.
      2. Dihitung penyusutan = 20% x (16.000.000 – 1.000.000) = Rp 3.000.000,00.
    2. Metode Saldo Menurun
    Pertama, tentukan prosentase penyusutan, biasanya dua kali prosentase penyusutan metode garis lurus. Dengan demikian jika ada mesin umurnya 5 tahun, maka tarif/prosentase penyusutan tahunannya adalah 2 x 100% : 5 = 40%.
    Setelah itu ditentukan nilai buku pada awal tahun. Nilai buku adalah saldo rekening aktiva tetap dikurangi dengan saldo rekening akumulasi penyusutan. Untuk tahun pembelian, karena akumulasi penyusutannya belum ada, maka nilai bukunya adalah sebesar harga perolehannya.
    Selanjutnya besarnya penyusutan satu tahun dihitung dengan cara mengalikan % penyusutan dengan nilai buku. Misalkan ada sebuah mesin dibeli tanggal 2 Januari 2001 dengan harga Rp 16.000.000 dan ditaksir dapat digunakan selama 5 tahun. Penyusutan tahun 2001, 2002, dan 2003 dapat dihitung sebagai berikut:
    Tarif/prosentase penyusutan    = 2 x (100% : 5) = 40%
    Penyusutan tahun 2001        = 40% x Nilai Buku
                    = 40% x Rp 16.000.000
                    = Rp 6.400.000
    Penyusutan tahun 2002        = 40% x Nilai buku awal tahun 2002
                    = 40% x (Rp 16.000.000 – Rp 6.400.000)
                    = Rp 3.840.000
    Penyusutan tahun 2003        = 40% x Nilai buku awal tahun 2003
                    = 40% x (16.000.000 –6.400.000 – 3.840.000)
                    = Rp 2.304.000
    Penyusutan tahunan dapat dicari dengan rumus lain yaitu menentukan Nilai Buku pada akhir tahun ke-n = cost x (1 – tarif)n
                     = Rp 16.000.000 x (1 – 0,4) n
    Nilai buku akhir tahun ke-3 = Rp 16.000.000 x     (1 – 0,4) 3
                     = Rp 16.000.000 x 0,216
                     = Rp 3.456.000,00.
    Penyusutan tahun 2004 adalah 40% x Rp 3.456.000 = Rp 1.282.600,00.

  2. Metode Jumlah Angka-angka Tahun
    Alokasi cost aktiva tetap dilakukan berdasarkan angka tahun penggunaan. Jika umur aktiva tetap adalah 5 tahun, maka tahun penggunaannya adalah tahun ke 1,2,3,4,5. Jumlah dari angka-angka tersebut akan dijadikan penyebut. Sementara itu pembilangnya adalah sisa umur dari masing awal tahun penggunaan. Pada awal penggunaan sisa umurnya masih lima tahun, oleh karenanya pembilangnya adalah 5. Setelah digunakan 1 tahun, maka pada awal tahun kedua sisa umurnya adalah empat tahun sehingga pembilangnya adalah 4. Demikian seterusnya untuk tahun ketiga, keempat, dan seterusnya.
    Misalkan ada sebuah mesin dibeli tanggal 2 Januari 2001 dengan harga Rp 16.000.000 ditaksir masa manfaat 5 tahun dengan nilai residu Rp 1.000.000. Penyusutan tahun 2001, 2002, 2003, 2004, dan 2005 dapat dihitung sebagai berikut:
Tahun ke 
Perhitungan 
Jumlah
1 
5/15 (16.000.000 – 1.000.000)
5.000.000
2 
4/15 (16.000.000 – 1.000.000)
4.000.000
3 
3/15 (16.000.000 – 1.000.000)
3.000.000
4 
2/15 (16.000.000 – 1.000.000)
2.000.000
5 
1/15 (16.000.000 – 1.000.000)
1.000.000

  1. Metode Unit Input
    Alokasi cost aktiva tetap ke beban penyusutan tahunan digunakan jumlah input yang dikeluarkan (misalnya jam mesin) dalam suatu tahun dibandingkan dengan taksiran input (jam mesin) yang harus dikeluarkan sampai aktiva tetap tersebut diafkir. Misalkan sebuah mesin dibeli pada tanggal 2 Januari 2001 dengan harga Rp 16.000.000 dan ditaksir dapat digunakan selama 100.000 jam dengan nilai residu Rp 1.000.000. Selama tahun 2001 digunakan selama 5.000 jam, maka penyusutan tahun 2001 adalah:
    (5.000/100.000) x (Rp 16.000.000 – Rp 1.000.000) = Rp 750.000

5. Metode Unit Output (Hasil)
Alokasi cost aktiva ke beban penyusutan tahunan menggunakan jumlah produk yang dihasilkan dalam suatu tahun dibandingkan dengan taksiran output (jumlah produk) yang akan dihasilkan sampai aktiva tetap tersebut diafkir. Misalkan sebuah mesin dibeli pada tanggal 2 Januari 2001 dengan harga Rp 16.000.000 dan ditaksir dapat digunakan untuk membuat produk sebanyak 200.000 unit dengan nilai residu Rp 1.000.000. Selama tahun 2001 digunakan selama 20.000 unit maka penyusutan tahun 2001 adalah:
        (20.000/200.000) x (Rp 16.000.000 – Rp 1.000.000) = Rp 1.500.000

  1. PENGAFKIRAN AKTIVA TETAP
    Aktiva kadangkala dibuang karena sudah tidak digunakan lagi, misalkan sebuah mesin yang harga belinya Rp 6.000.000,00 sampai tanggal 1 Januari 2000 sudah disusutkan sebesar Rp 4.750.000,00. Penyusutan tahunannya Rp 600.000,00. Pada tanggal 24 Maret 2001 dibuang. Jurnal yang dibuat adalah:
    1. Menyusutkan untuk tahun 2001
Tgl. 
Akun
Debet 
Kredit 
2001
Mar 24

Beban Penyusutan Mesin
Akumulasi Penyusutan Mesin

150.000


150.000

  1. Membuang aktiva tetap
Tgl. 
Akun 
Debet
Kredit 
2001
Mar 24

Akumulasi Penyusutan Mesin
Kerugian Penghentian Mesin
Aktiva Tetap 

4.900.000
1.100.000



6.000.000


  1. PENJUALAN AKTIVA TETAP
    Sebuah mesin yang costnya Rp 10.000.000 dan sampai dengan tanggal 31 Desember 2000 telah disusutkan sebesar Rp 7.750.000, pada tanggal 2 Januari 2001 dijual. Buat jurnal jika harga jualnya adalah:
    1. Rp 2.250.000,00
    2. Rp 1.000.000,00
    3. Rp 3.000.000,00

No.

Keterangan
Dijual dengan harga
2.250.000
1.000.000
3.000.000
1
Cost aktiva tetap
10.000.000
10.000.000
10.000.000
2 
Akumulasi penyusutan s.d saat penjualan 
7.750.000
7.750.000
7.750.000
3 
Nilai buku saat penjualan
2.250.000
2.250.000
2.250.000
4 
Harga jual
2.250.000
1.000.000
3.000.000
5 
Laba (rugi) (4 – 3)
0
(1.250.000)
750.000

    Jurnal:
  1. Dijual dengan harga Rp 2.250.000,00

Tgl. 
Akun 
Debet 
Kredit 
2000
Jan 2

Kas
Akumulasi Penyusutan
Aktiva Tetap 

2.250.000
7.750.000



10.000.000

  1. Dijual dengan harga Rp 1.000.000
Tgl. 
Akun 
Debet 
Kredit 
2000
Jan 2

Kas
Akumulasi Penyusutan
Kerugian Penjualan Aktiva Tetap
Aktiva Tetap 

1.000.000
7.750.000
1.250.000




10.000.000

  1. Dijual dengan harga Rp 3.000.000
Tgl. 
Akun 
Debet 
Kredit 
2000
Jan 2

Kas
Akumulasi Penyusutan
Laba Penjualan Aktiva Tetap
Aktiva Tetap 

3.000.000
7.750.000



750.000
10.000.000

  1. PERTUKARAN AKTIVA TETAP
    Menurut paragraf 20 PSAK No. 16 suatu aktiva tetap dapat diperoleh dalam pertukaran atau pertukaran sebagian untuk suatu aktiva tetap yang tidak serupa atau aktiva lain. Biaya dari pos semacam ini diukur pada nilai wajar aktiva yang dilepaskan atau yang diperoleh yang mana yang lebih andal, equivalent dengan nilai wajar aktiva yang dilepaskan setelah disesuaikan dengan jumlah setiap kas atau setara kas yang ditransfer. Dengan demikian pertukaran aktiva tidak sejenis dapat mengakibatkan adanya laba atau rugi.
    Menurut paragraf 21 PSAK No. 16 suatu aktiva tetap dapat diperoleh dalam pertukaran atas suatu aktiva yang serupa yang memiliki manfaat yang serupa dalam bidang usaha yang sama dan memiliki nilai wajar yang serupa. Jika aktiva lain seperti kas sebagai bagian dari transaksi pertukaran, ini dapat mengindikasikan bahwa pos yang dipertukarkan tidak memiliki suatu nilai yang serupa. Berdasarkan paragraf 46 PSAK No. 16, pertukaran aktiva tetap seperti disebutkan pada paragraf 21, biaya aktiva yang diperoleh sama dengan jumlah tercatat aktiva yang dilepaskan dan tidak ada keuntungan atau kerugian yang dihasilkan.
    1. Pertukaran Aktiva Tak Sejenis
    Sebuah mesin dengan cost Rp 4.000.000,00 yang telah disusutkan Rp 3.200.000,00 ditukar dengan mesin baru tidak sejenis yang harga pasarnya adalah Rp 5.000.000,00. Perusahaan harus membayar uang Rp 3,900.000,00. Jurnalnya:
Tgl. 
Akun 
Debet 
Kredit 

Mesin (baru)
Akumulasi Penyusutan
Mesin (lama)
Kas
Laba Penukaran Aktiva Tetap
5.000.000
3.200.000


4.000.000
3.900.000
300.000

  1. Pertukaran Aktiva Sejenis
    Sebuah mesin dengan cost Rp 7.000.000 yang telah disusutkan Rp 4.600.000 ditukar dengan mesin baru sejenis yang dimiliki oleh suatu perusahaan yang bergerak pada usaha yang sama. Jurnalnya:
Tgl. 
Akun 
Debet 
Kredit 

Mesin (baru)
Akumulasi Penyusutan
Mesin (lama)
2.400.000
4.600.000


7.000.000

Jumlah sebesar Rp 2.400.000,00 yang dicatat sebagai harga mesin baru merupakan nilai buku mesin yang diserahkan yaitu harga beli Rp 7.000.000,00 dikurangi dengan akumulasi penyusutan Rp 4.600.000,00.

SOAL LATIHAN
SOAL 1
Sebuah mesin dibeli pada tanggal 1 Januari 1999 dengan harga Rp 32.000.000,00. Mesin ini ditaksir dapat digunakan selama 5 tahun dengan nilai sisa Rp 2.000.000,00.
Diminta:
  1. Tentukan besarnya penyusutan tahun 1999, 2000.
  2. Buat jurnal penyesuaian untuk mencatat penyusutan tahun 1999,2000.
  3. Tentukan nilai buku per 1 Januari 2001.
Jika Perusahaan menyusutkan mesin ini dengan (1) metode garis lurus, dan (2) metode saldo menurun ganda.

SOAL 2
Sebuah mesin dengan cost Rp 10.000.000,00 yang telah disusutkan Rp 3.200.000,00 ditukar dengan mesin baru tidak sejenis yang harga pasarnya adalah Rp 7.500.000,00. Buat jurnal jika perusahaan menyerahkan uang sebesar:
  1. Rp 200.000,00
  2. Rp 700.000,00
Rp 1.000.000,00





 

 

 

 

 

 

 

 


 

 Akuntansi Piutang

  1. PENGERTIAN PIUTANG
    Piutang merupakan klaim (hak untuk mendapatkan) uang dari entitas lain. Piutang juga disebut tagihan atau receivable. Menurut bukti pendukungnya piutang dapat dikelompokkan menjadi:
    1. Piutang Wesel/Notes Receivable atau Wesel Tagih, yaitu tagihan yang didukung oleh instrument kredit resmi seperti Promes. Promes adalah janji tertulis untuk membayar uang pada tanggal tertentu tanpa syarat.
    2. Piutang Usaha Biasa yaitu tagihan yang didukung oleh bukti usaha biasa biasa seperti faktur atau bukti bahwa perusahaan telah menjual barang/jasa ke fihak yang berhutang (debitur).

  1. PIUTANG WESEL
    Piutang Wesel adalah piutang yang didukung instrument kredit resmi seperti promes. Promes adalah janji tertulis untuk membayar uang pada tanggal tertentu tanpa syarat. Contoh adalah:


  2. AKUNTANSI WESEL TAGIH/PIUTANG WESEL
    Akuntansi untuk wesel dapat dibagi menjadi akuntansi pada saat timbulnya, saat jatuh tempo atau saat piutang ini dijual.
    1. Akuntansi saat timbulnya piutang wesel
      Wesel dapat timbul karena menjual barang secara kredit atau bias juga timbul karena perusahaan memberi pinjaman.
      1. Menjual barang/jasa secara kredit. Misalkan perusahaan menjual jasa secara kredit dan perusahaan menerima promes senilai Rp 1.000.000,00 maka jurnal yang dibuat adalah:
Tgl. 
Akun
Debet 
Kredit 
2006
Jan 2 

Piutang Wesel
Penjualan 

1.000.000 


1.000.000 
  1. Terdapat piutang yang sudah jatuh tempo. Misalkan perusahaan pada tanggal 2 Januari 2006 menjual jasa secara kredit dan jatuh tempo 2 Februari 2006. Pada tanggal 2 Januari 2006 perusahaan menerima promes senilai Rp 1.000.000,00 bunga 12% jatuh tempo 2 Mei 2006 sebagai pelunasan tagihan tersebut, maka jurnal yang yang dibuat adalah:
Tgl. 
Akun
Debet 
Kredit 
2006
Jan 2 

Piutang Wesel
Piutang 

1.000.000 


1.000.000 
  1. Akuntansi pada saat jatuh tempo. Mestinya pada tanggal jatuh tempo perusahaan akan menerima uang sebesar nilai nominal wesel dan bunganya. Tapi kadangkala debitur tidak sanggup membayar.
    1) Pada saat jatuh tempo debitur membayar, maka jurnal yang dibuat adalah:
Tgl. 
Akun
Debet 
Kredit 
2006
Mei 2 

Kas
Piutang Wesel
Pendapatan Bunga 

1.030.000 


1.000.000
30.000 
2) Pada saat jatuh tempo debitur tidak membayar, jurnal yang dibuat adalah:
Tgl.
Akun
Debet 
Kredit 
2006
Mei 2 

Piutang
Piutang Wesel
Pendapatan Bunga 

1.030.000 


1.000.000
30.000 

  1. Menjual Wesel Tagih
    Sebelum jatuh temponya, suatu piutang wesel dapat dijual atau didiskontokan. Misalkan sebuah wesel sebagaimana tersaji pada angaka 2 diatas yang jatuh tempo pada tanggal 14 Juni 2006 dijual oleh PT ABC ke Bank Amanah pada tanggal 15 Mei 2001 dengan discount 10% setahun. Untuk menentukan jumlah yang diterima PT ABC, dibuat perhitungan sebagai berikut:
    Nominal piutang                            $2,500.00
    Bunga 16 Maret s.d. 14 Juni 2006=2,500 x 12% x 90/360         75.00
    Nilai pada jatuh tempo                         2,575.00
    Discount: 2,575 x 10% x 30/360                     21.46
    Jumlah yang diterima                         2,553.54
    Perhitungan hari bunga:
    Maret    = 15 hari
    April    = 30 hari
    Mei        = 31 hari
    Juni    = 14 hari
             90 hari

    Perhitungan hari discount:
    Mei        = 16 hari
    Juni    = 14 hari
             30 hari

    Untuk membuat jurnal pada tanggal penjualan perllu dibandingkan antara nilai nominal wesel dengan hasil penjualan. Jika hasil penjualan lebih besar daripada nilai nominal, maka selisihnya merupakan pendapatan bunga. Sebaliknya jika hasil penjualan lebih kecil daripada nilai nominal maka selisihnya dicatat sebagai beban bunga. Dengan demikian jurnal untuk mencatat transaksi tanggal 15 Mei 2006 adalah sebagai berikut:
Tgl. 
Akun
Debet 
Kredit 
2006
Mei 2 

Kas
Piutang Wesel
Pendapatan Bunga 

2,553.54


2,500.00
53.54

Jika saat jatuh tempo, debitur membayar ke bank, PT ABC tidak menjurnal. Tetapi jika pada saat jatuh tempo, debitur tidak sanggup membayar dan bank menagih pada PT ABC sebesar $2,575, maka jurnal yang dibuat PT ABC adalah:

Tgl. 
Akun
Debet 
Kredit 
2006
Juni 14

Piutang
Kas

2,575


2,575

  1. PIUTANG USAHA BIASA
    1. Timbulnya piutang dan akuntansinya
      Piutang dapat timbul karena menjual barang/jasa atau karena perusahaan memberi pinjaman ke perusahaan lain. Umumnya piutang dicatat pada saat timbulnya yaitu setelah perusahaan menyerahkan baran/jasa yang dijual.
      1. Penjualan barang/jasa
        Jika perusahaan menjual jasa secara kredit, misalkan perusahaan pada tanggal 5 Januari 2006 telah menjual jasa sebesar Rp 5.000.000,00. Karena perusahaan sudah menyerahkan jasa, maka perusahaan dapat mengakui piutang dan pendapatan jasa dengan membuat jurnal sebagai berikut:
Tgl. 
Akun
Debet 
Kredit 
2006
Jan 5

Piutang Usaha
Pendapatan Usaha

5.000.000


5.000.000
  1. Pemberian Pinjaman
    Piutang juga dapat timbul karena perusahaan memberi pinjaman uang pada perusahaan lain. Misalnya pada tanggal 15 Januari 2006 PT Angkasa Pura II telah memberi pinjaman kepada pegawai sebesar Rp 500.000,00 maka jurnal yang dibuat oleh perusahaan adalah:
Tgl. 
Akun
Debet 
Kredit 
2006
Jan 15

Piutang Pegawai
Kas

500.000


500.000

  1. Kerugian Piutang
    Piutang memiliki resiko tidak tertagih sehingga timbul kerugian. Terdapat dua metode dalam akuntansi kerugian piutang, yaitu:
    1. Metode Langsung
      Jika metode ini yang digunakan, perusahaan tidak membentuk cadangan. Jika ada piutang yang dihapus, Kerugian Piutang didebet, dan rekening Piutang dikredit. Saldo rekening Kerugian Piutang pada akhir tahun disajikan dalam Laporan Laba Rugi.
    2. Metode Cadangan/Penyisihan
      Jika metode ini yang digunakan perusahaan pertama-tama membentuk cadangan atau penyisihan kerugian piutang dengan mendebet Beban Kerugian Piutang dan mengkredit Cadangan/Penyisihan Kerugian Piutang. Pada akhir tahun, saldo rekening Beban Kerugian Piutang disajikan dalam Laporan Laba Rugi, sedangkan saldo rekening Penyisihan disajikan di neraca sebagai pengurang Piutang.
      Jika ada piutang yang dihapus, perusahaan tidak mengakui kerugian, sebab kerugian sudah diakui pada saat membentuk cadangan. Perusahaan mengurangi Cadangan dengan mendebet rekening Cadangan dan mengkredit rekening Piutang.
      Jika banyak penghapusan piutang, saldo Cadangan dapat habis, oleh karena itu setiap akhir tahun Cadangan disesuaikan. Jadi pencatatan kerugian piutang dilakukan pada saat:
  • pembentukan Cadangan; dan
  • penyesuaian saldo Cadangan.
Berikut ini contoh ikhtisar akuntansi kerugian piutang dengan metode Cadangan:
  1. Pada tanggal 31 Desember 2005 dibentuk cadangan kerugian piutang Rp 5.000,00
  2. Pada tanggal 19 September 2006 dihapuskan piutang sebesar Rp 3.000,00
  3. Pada tanggal 14 Desember 2006 diterima piutang yang telah dihapus Rp 2.500
Transaksi
Jurnal
Membentuk Cadangan
Beban Kerugian Piutang
Cadangan/Penyisihan Kerugian Piutang
5.000

5.000
Menghapus Piutang
Cadangan/Penyisihan Kerugian Piutang
Piutang
3.000

3.000
Menerima Piutang yang telah dihapus 
Piutang
Cadangan/Penyisihan Kerugian Piutang
2.500

2.500
Kas
Piutang
2.500

2.500
Menyesuaikan akun Cadangan
Pada akhir tahun dilakukan penyesuian berdasarkan:
  1. Penjualan b. Saldo Piutang
c. Menyesuaian saldo rekening Cadangan Kerugian Piutang
    1) Dasar Penjualan
Pertama, tentukan besarnya penjualan kredit selama setahun, jika tidak ada data gunakan total penjualan selama satu periode. Besarnya taksiran kerugaian ditentukan dengan mengalikan % kerugian dengan penjualan tersebut, lalu dijurnal. Misalkan penjualan kredit selama tahun 2005 sebesar Rp 1.000.000.000,00 dan ditaksir kerugian piutang adalah 5% x Rp 1.000.000.000,00 = Rp 50.000.000,00. Jurnal yang dibuat adalah:
Tgl. 
Akun
Debet 
Kredit 
2005
Des 31

Beban Kerugian Piutang
Penyisihan Ker. Piutang

50.000.000


50.000.000
        
2) Dasar Piutang
        Terdapat tiga langkah yang harus dilakukan, yaitu:
  1. Menentukan besarnya taksiran kerugian piutang;
  2. Membandingkan taksiran kerugian piutang dengan saldo rekening Cadangan/Penyisihan;
  3. Membuat jurnal jika hasil perbandingan pada poin b tidak sama.

Langkah pertama:
Untuk menentukan besarnya taksiran kerugian piutang dikemudian hari, dapat didasarkan pada: (1) Total piutang pada akhir tahun, atau (2) Umur masing-masing tagihan.
  1. Didasarkan pada Total Piutang
    Caranya dengan mengalikan total piutang dari rekening "Piutang" dengan % yang telah ditetapkan. Misalnya dari PT ABC diperoleh data sebagai berikut dan taksiran kerugaian piutang adalah 15% dari total piutang.
DEBITUR 
JUMLAH 
TGL FAKTUR 
TGL JATUH TEMPO 
PT A 
2.000 
20/12/2005 
20/01/2006 
PT B 
2.500 
15/10/2005 
15/11/2005 
PT ABC 
1.000 
15/11/2005 
15/12/2005 
PT X 
3.000 
3/10/2005 
3/11/2005 
PT Y 
2.500 
3/7/2005 
3/8/2005 
PT Z 
1.000 
3/8/2005 
3/9/2005 
JUMLAH 
12.000 


    Taksiran kerugian piutang = 15% x Rp 12.000,00 = Rp 1.800,00.
  1. Didasarkan pada Umur Piutang
    Caranya hampir sama, namun saldo rekening piutang dianalisis terhadap tanggal penerbitan dan tanggal jatuh tempo, kemudian dikelompokkan menurut umurnya. Kemudian saldo masing-masing kelompok piutang dikalikan dengan prosentase yang telah ditetapkan berdasarkan pengalaman. Cara menentukan umur piutang dapat dicari (a) dari tanggal faktur ke 31 Desember atau (b) dari tanggal jatuh tempo ke 31 Desember.
    1. Umur piutang dihitung dari tanggal jatuh tempo ke tanggal 31 Desember
      Karena ada kemungkinan terdapat piutang yang belum jatuh tempo maka biasanya pengelompokannya meliputi piutang yang belum jatuh tempo dan yang sudah lewat waktu. Misalkan prosentase kerugian ditaksir sebagai berikut:
Umur Piutang 
% Taksiran Kerugian Piutang 
Belum jatuh tempo
10% 
Lewat waktu s.d. 30 hari 
15%
Lewat waktu lebih dari 30 hari
20% 

Untuk mempermudah menentukan besarnya taksiran kerugian dibuat daftar umur piutang sebagai berikut:
Nama Debitur 
Jumlah 
Belum Jatuh Tempo 
Lewat s.d 30 Hari 
Lewat Waktu > 30 Hari
PT A 
2.000 
2.000 


PT B 
2.500 


2.500 
PT ABC 
1.000 

1.000 

PT X 
3.000 


3.000 
PT Y 
2.500 


2.500 
PT Z 
1.000 


1.000 
Jumlah 
12.000 
2.000 
1.000 
9.000
% Penyisihan 
10%
15%
20%
Jumlah Penyisihan 
2.150
200
150
1.800
  
  1. Umur piutang dihitung dari tanggal faktur ke tanggal 31 Desember
    Karena umur piutang dihitung dari tanggal faktur, maka biasanya pengelompokan umur piutang berdasarkan jumlah hari. Misalkan prosentase kerugian ditaksir sebagai berikut:
Umur Piutang 
% Taksiran Kerugian Piutang 
s.d. 30 hari
10% 
31 s.d. 60 hari
15% 
lebih dari 60 hari
20% 

Untuk mempermudah menentukan besarnya taksiran kerugian dibuat daftar umur piutang sebagai berikut:
Nama Debitur 
Jumlah 
s.d. 30 hari
31 s.d. 60 hari
Lebih dari 60 hari
PT A 
2.000 
2.000 


PT B 
2.500


2.500 
PT ABC 
1.000 

1.000 

PT X 
3.000 


3.000 
PT Y 
2.500 


2.500
PT Z 
1.000 


1.000 
Jumlah 
12.000 
2.000 
1.000 
9.000
% Penyisihan 
10%
15%
20%
Jumlah Penyisihan 
2.150
200
150
1.800

Langkah kedua:
Membandingkan antara jumlah taksiran kerugian piutang yang telah dihitung dengan saldo rekening Cadangan/Penyisihan Kerugian Piutang. Dari perbandingan ini akan ada 4 kemungkinan, yaitu:
  1. Rekening Cadangan bersaldo Kredit yang sama dengan taksiran kerugian piutang hasil perhitungan, tidak ada penyesuaian.
  2. Rekening Cadangan bersaldo Kredit lebih kecil dari taksiran kerugian piutang hasi perhitungan, perlu ditambah dengan membuat jurnal penyesuaian.
  3. Rekening Cadangan bersaldo Kredit lebih besar dari taksiran kerugian piutang hasil perhitungan, perlu dikurangi dengan membuat jurnal penyesuaian.
  4. Jika Cadangan bersaldo debet, berarti Cadangan yang dihitung tahun lalu kurang, sehingga rekening Cadangan harus dikredit sejumlah saldo debet ditambah dengan jumlah taksiran kerugian piutang hasil perhitungan.

Langkah ketiga:
     Kasus I
Misalkan dalam langkah kedua telah dihasilkan bahwa taksiran kerugian piutang adalah Rp 2.150,00 dan saldo rekening Cadangan kredit Rp 2.150,00, maka tidak perlu ayat jurnal penyesuaian.

Kasus II
Misalkan dalam langkah kedua telah dihasilkan bahwa taksiran kerugian piutang adalah Rp 2.150,00 dan saldo rekening Cadangan kredit Rp 2.000,00, maka tidak ayat jurnal penyesuaian yang dibuat adalah:
Tgl. 
Akun
Debet 
Kredit 
2005
Des 31

Beban Kerugian Piutang
Penyisihan Ker. Piutang

150


150
Jika jurnal ini diposting ke Buku Besar maka rekening Cadangan akan tampak sebagai berikut:
Penyisihan/Cadangan Kerugian Piutang
Tgl 
Uraian 
Jumlah 
Tgl 
Uraian 
Jumlah 



Des 31 

2.000 



31 
AJP 
150 

Beban Kerugian Piutang
Tgl 
Uraian
Jumlah 
Tgl 
Uraian 
Jumlah 
Des 31 
AJP 
150 










Kasus III
Misalkan dalam langkah kedua telah dihasilkan bahwa taksiran kerugian piutang adalah Rp 2.150,00 dan saldo rekening Cadangan kredit Rp 3.000,00, maka tidak ayat jurnal penyesuaian yang dibuat adalah:
Tgl. 
Akun
Debet 
Kredit 
2005
Des 31

Penyisihan Ker. Piutang
Beban Kerugian Piutang 

850


850
Jika jurnal ini diposting ke Buku Besar maka rekening Cadangan akan tampak sebagai berikut:
Penyisihan/Cadangan Kerugian Piutang
Tgl 
Uraian
Jumlah 
Tgl 
Uraian 
Jumlah 
31 
AJP 
850 
Des 31 

3.000 







Beban Kerugian Piutang
Tgl 
Uraian 
Jumlah 
Tgl 
Uraian 
Jumlah 



Des 31 
AJP 
850 







Kasus IV
Misalkan dalam langkah kedua telah dihasilkan bahwa taksiran kerugian piutang adalah Rp 2.150,00 dan saldo rekening Cadangan debet Rp 1.000,00, maka tidak ayat jurnal penyesuaian yang dibuat adalah:
Tgl. 
Akun
Debet 
Kredit 
2005
Des 31

Beban Kerugian Piutang
Penyisihan Ker. Piutang

3.150


3.150
Jika jurnal ini diposting ke Buku Besar maka rekening Cadangan akan tampak sebagai berikut:

Penyisihan/Cadangan Kerugian Piutang
Tgl 
Uraian 
Jumlah 
Tgl 
Uraian 
Jumlah 
Des 31 

1.000 
Des 31 
AJP 
3.150 









Beban Kerugian Piutang
Tgl 
Uraian 
Jumlah 
Tgl 
Uraian 
Jumlah 
Des 31 
AJP 
3.150 










  1. Penyajian di Neraca
    Piutang di sajikan di neraca sebesar nilai realisasinya. Nilai ini adalah jumlah yang akan diterima berupa nilai nominal dikurangi denan taksiran kerugian piutang yang telah dibentuk dan disesuaikan setiap akhir tahun. Dengan demikian jumlah tersebut merupakan jumlah yang diharapkan dapat ditagih.
    Dengan data di atas, Neaca PT ABC akan tampak sebagai berikut:

    PT ABC
    Neraca
    31 Desember 2005



Harta Lancar:
Kas                                    xx
Piutang                    Rp 12.000,00
Penyisihan Kerugian Piutang        (Rp 2.150,00)        Rp 9.850,00



Kadangkala perusahaan memberikan potongan tunai dan kesempatan untuk mengembalikan barang (retur penjualan). Jika perusahaan telah menjual barang dengan syarat di atas, maka ada kemungkinan pembeli akan membayar dalam masa diskon atau bahkan pembeli dapat saja mengembalikan barang ke perusahaan. Agar perusahaan dapat menyajikan nilai piutang sebesar nilai realissi, maka pada akhir tahun perusahaan membuat jurnal untuk mengakui retur dan pemberian potongan penjualan walaupun belum terjadi retur dan pemberian potongan tunai penjualan. Jurnal itu juga dmaksudkan untuk mengurangi nilai piutang sehingga nilai yang disajikan adalah sebesar nilai yang dapat direalisir. Misalkan pada akhir tahun 2005 diperkirakan bahwa debitur akan membayar dengan diskon Rp 20,00 dan melakukan retur Rp 100,00, maka perusahaan pada tanggal 31 Desember 2005 akan membuat jurnal:
    
Tgl. 
Akun
Debet 
Kredit 
2005
Des 31 

Potongan Tunai Penjualan
Cadangan Pot. Tunai Penjualan

20


20
Retur Penjualan
Cadangan Retur Penjualan
100

100

PT ABC
Neraca
31 Desember 2005



Harta Lancar:
Kas                                    xx
Piutang                        Rp 12.000,00
Cadangan Pot Tunai & Retur    Rp 120,00
Penyisihan Kerugian Piutang    Rp 2.150,00    (Rp 2.270,00)     Rp 9.730


SOAL LATIHAN
SOAL 1
Pada tanggal 1 Januari 2005 saldo akun piutang dangan Rp 2.000.000,00 dan saldo akun Penyisihan Kerugian Piutang Dagang Rp 250.000,00. Selama tahun 2005 telah terjadi transaksi sebagai berikut:
  1. Dijual secara kredit barang dagangan Rp 15.000.000,00
  2. Diterima uang hasil penagihan piutang Rp 14.000.000,00
  3. Dihapuskan piutang Rp 400.000,00
  4. Diterima piutang yang telah dihapus Rp 50.000,00
Diminta: Buat jurnal untuk mencatat transaksi di atas!

SOAL 2
Perusahaan pada tanggal 3 Maret 2007 menerima sebuah promes nominal Rp 50.000.000,00 dari seorang debitur (Tn. Abud) sebagai pelunasan hutang. Promes dengan bunga 12% itu jatuh tempo pada tanggal 1 Juni 2007. Pada tanggal 2 Mei 2007 wesel tersebut dijual ke Bank Amal dengan diskon 10% setahun.
Diminta: Jurnal waktu menerima dan menjual promes.

SOAL 3
Saldo akun Piutang per 31 Desember 2005 Rp 100.000.000,00 sementara itu saldo akun Cadangan Piutang (K) Rp 6.000.000,00. Ditaksir, dimasa datang piutang yang tak dapat ditagih 10% dari Piutang.
Diminta: Jurnal penyesuaian yang diperlukan.

SOAL 4
Saldo akun Piutang per 31 Desember 2005 Rp 100.000.000,00 sementara itu saldo akun Penjualan (K) Rp 600.000.000,00, Cadangan Kerugian Piutang (K) Rp 2.000.000,00. Ditaksir, dimasa datang piutang yang tak dapat ditagih 1% dari Penjualan.
Diminta: Jurnal penyesuaian yang diperlukan



 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
- LAPORAN LABA RUGI -±
                          
                                             
  Pendapatan dari penjualan              Rp.                99.980.000
  Harga Pokok Penjualan                  Rp.                25.000.000
                                                            ---------- (-)
  Laba Kotor                                                74.990.000

  Biaya Operasional:
  - Biaya Pemasaran                      Rp.  5.000.000
  - Biaya Administrasi & Umum            Rp.  1.250.000
                                              --------- (+)
                                                             6.250.000
                                                            ---------- (-)
  Laba Usaha                             Rp.                68.740.000
  Pendapatan Lain-lain                   Rp.                   125.000
                                                            ---------- (+)
  Laba sebelum Bunga dan Pajak           Rp.                68.865.000
  Bunga                                  Rp.                   199.000
                                                            ---------- (+)
  Laba sebelum Pajak                     Rp.                69.064.000
  Pajak                                  Rp.                 1.275.000
                                                            ---------- (-)
  Laba Bersih                            Rp.                67.789.000
                                                            ========== 
 
 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar